MAKALAH
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Nama : Fance Letor Taek
Kelas : III
reguler I
Nim :
PO.530333010752
POLITEKES KEMENKES KUPANG
JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………
BAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG…………………………………………………………….
B. TUJUAN…………………………………………………………………………
BAB
II PEMBAHASAN
A. KONSEP
DASAR DARI SURVEILANS………………………………………….
B. GAMBARAN
SISTEM SURVEILANS DI INDONESIA………………………...
C. GAMBARAN SURVEILANS DI RUMAH SAKIT………………………………
D. LANGKAH-LANGKAH
SURVEILANS………………………………………….
E. INDIKATOR
KINERJA SURVEILANS…………………………………………..
F. SISTEM
KEWASPADAAN DINI KLB……………………………………………
G. CARA
PENYAJIAN DATA…………………………………………………………
BAB
III PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………
B. SARAN……………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR
Syukur
dan terima kasih penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulisan makalah ini dengan maksud sebagai bahan
penilaian atas tugas – tugas yang di berikan guru bidang studi, selain itu
makalah ini juga di susun pula dengan maksud dapat di
jadikan sebagai penuntun dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran yang berhubungan dengan surveilans
epidemiologi.Oleh sebab itu, makalah ini di susun sedemikian supaya mudah
dipahami dan dibaca oleh siapapun yang berminat. Dengan
tersusunnya makalah ini, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan limpah
terima kasih kepada semua belah
pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis pun menyadari bahwa susunan ini belum
dapat mencapai hasil yang sempurna, oleh karena itu, kritikan dan saran sangat
di harapkan yang bersifat membangun demi menyempurnakan makalah ini.
Akhir
kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini
dapat membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal – hal yang belum
diungkapkan dalam membahas mengenai surveilans epidemiologi.
Kupang,8 oktober 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN.
A. LATAR
BELAKANG
Istilah Surveillance sudah dikenal oleh banyak
orang, namun dalam aplikasinya banyak orang menganggap bahwa surveilans identik
dengan pengumpulan data dan penyelidikan KLB, hal inilah yang menyebabkan
aplikasi system surveilans di Indonesia belum berjalan optimal, padahal system
ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah kesehatan.
Istilah Surveillance sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti mengamati tentang sesuatu, Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang penyelidikan/intelligent untuk mematamatai orang yang dicurugai, yang dapat membahayakan. Surveilans Kesehatan masyarakat semula hanya dikenal dalam bidang epidemiologi, namun dengan berkembangnya berbagai macam teori dan aplikasi diluar bidang epidemiologi, maka surveilans menjadi cabang ilmu tersendiri yang diterapkan luas dalam kesehatan masyarakat. Surveilans sendiri mencakup masalah borbiditas, mortalitas,masalah gizi, demografi, Peny. Menular, Peny. Tidak menular, Demografi,Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan beberapa factor risiko pada individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.Demikian pula perkembangan Surveilens Epidemiologi dimulai dengan surveilens penyakit menular, lalu meluas ke penyakit tidak menular, misalnya cacat bawaan, kekurangan gizi dan lain-lain.Bahkan baru-baru ini, surveilens epidemiologi digunakan untuk menilai, memonitor, mengawasi dan merencanakan program-program kesehatan pada umumnya.
Istilah Surveillance sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti mengamati tentang sesuatu, Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang penyelidikan/intelligent untuk mematamatai orang yang dicurugai, yang dapat membahayakan. Surveilans Kesehatan masyarakat semula hanya dikenal dalam bidang epidemiologi, namun dengan berkembangnya berbagai macam teori dan aplikasi diluar bidang epidemiologi, maka surveilans menjadi cabang ilmu tersendiri yang diterapkan luas dalam kesehatan masyarakat. Surveilans sendiri mencakup masalah borbiditas, mortalitas,masalah gizi, demografi, Peny. Menular, Peny. Tidak menular, Demografi,Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan beberapa factor risiko pada individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.Demikian pula perkembangan Surveilens Epidemiologi dimulai dengan surveilens penyakit menular, lalu meluas ke penyakit tidak menular, misalnya cacat bawaan, kekurangan gizi dan lain-lain.Bahkan baru-baru ini, surveilens epidemiologi digunakan untuk menilai, memonitor, mengawasi dan merencanakan program-program kesehatan pada umumnya.
Surveilens epidemiologi pada umumnya digunakan untuk:
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari
suatu penyakit.
2. Untuk menentukan penyakit mana yang diprioritaskan untuk
diobati atau diberantas.
3. Untuk meramalkan terjadinya wabah.
4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program
pemberantasan penyakit menular, dan program-program kesehatan lainnya seperti
program mengatasi kecelakaan, program kesehatan gigi, program gizi, dll.
5. Untuk mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan.
Jadi surveilans epidemiologi bukan hanya sekedar pengumpulan
data dan penyelidikan KLB saja tetapi
kegunaan dari surveilans epidemiologi lebih dari itu misalnya untuk mengetahui
jangkauan dari pelayanan kesehatan,untuk meramalkan terjadinya wabah dan masih
banyak lagi manfaat dari surveilans epidemiologi,untuk itu penulis terdorong
untuk melakukan penulisan mengenai surveilans epidemiologi agar mengubah
pemikiran masyarakat akan arti dan kegunaan dari surveilans epidemiolog.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui konsep dasar dari
surveilans
2.
Untuk mengetahui gambaran sistem surveilans
di indonesia
3.
Untuk mengetahui gambaran surveilans di rumah sakit
4.
Untuk mengetahui langkah-langkah
surveilans
5.
Untuk mengetahui indikator kinerja
surveilans
6.
Untuk mengetahui sistem kewaspadaan dini
klb
7.
Untuk mengetahui cara penyajian data
BAB
II
PEMBAHASAN
1. KONSEP
DASAR DARI SURVEILANS
Menurut
WHO Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran
informasi kepada Unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Oleh karena itu
perlu dikembangkan suatu definisi Surveilans epidemiologi yang lebih
mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi
epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan
data. Sehingga dalam sistem ini yang dimaksud dengan Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah –masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.
Sistem
Surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan Surveilans
epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara Surveilans dengan
laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan
penyelenggara program kesehatan, meliputi hubungan Surveilans epidemiologi
antar wilayah kabupaten/kota, propinsi dan Pusat.
Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi Kesehatan wajib dilakukan oleh setiap instansi
kesehatan Pemerintah, instansi Kesehatan Propinsi, instansi kesehatan
kabupaten/kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional atau
struktural. Mekanisme kegiatan Surveilans epidemiologi Kesehatan merupakan
kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan mekanisme
sebagai berikut :
a)
Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.
b)
Perekaman, pelaporan dan pengolahan data
c)
Analisis dan intreprestasi data
d) Studi
epidemiologi
e)
Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
f)
Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.
g) Umpan
balik.
Jenis penyelenggaraan Surveilans
epidemiologi adalah sebagai berikut:
A. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode
Pelaksanaan
1)
Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan Surveilans
epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor resiko
kesehatan.
2)
Surveilans epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi
terhadap suatu kejadian, permasalahan , faktor resiko atau situasi khusus
kesehatan
3)
Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi pada
populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan
pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.
4) Studi
epidemiologi, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi pada periode tertentu
serta populasi atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran
epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau factor resiko kesehatan.
B. Penyelenggaraan berdasarkan Aktifitas
Pengumpulan Data
1)
Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemilogi dimana unit
Surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan,
masyarakat atau sumber data lainnya.
2)
Surveilans Pasif, adalah Penyelenggaraan Surveilans epidemiologi dimana unit
Surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit
pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
C. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola
Pelaksanaan
1) Pola
Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu pada ketentuan yang
berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana
2) Pola
Selain Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu pada ketentuan yang
berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan atau bencana,
D. Penyelenggaraan berdasarkan Kualitas
Pemeriksaan
1) Bukti
klinis atau tanpa perlatan pemeriksaan, adalah kegiatan Surveilans dimana data
diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan
pendukung pemeriksaan.
2) Bukti
labortorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan Surveilans dimana
data diperoleh berdasarkan pemerksaan laboratorium atau peralatan pendukung
pemeriksaan lainnya.
Ruang Lingkup
Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan Masalah kesehatan dapat
disebabkan oleh beberapa sebab, oleh karena itu secara operasional diperlukan
tatalaksana secara integratif dengan ruang lingkup permasalahan sebagai
berikut:
a.
Surveilans Epidemiologi penyakit Menular
Merupakan analisis
terus menerus dan sistematika terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk
upaya pemberantasan penyakit menular.
b.
Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Merupakan analisis
terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko
untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
c.
Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
Merupakan analisis
terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk
mendukung program penyehatan lingkungan.
d.
Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
Merupakan analisis
terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk
mendukung program-program kesehatan tertentu.
e.
Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra
Merupakan analisis
terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk
upaya mendukung program kesehatan matra.
2. GAMBARAN SYSTEM SURVEILANS DI
INDONESIA
1. Gambaran SIK (Sistem Informasi Kesehatan) di
Indonesia.
Sistem informasi yang
ada pada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut :
a.
Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang masih belum
terintegrasi.
b.
Terbatasnya perangkat keras(hardware) dan perangkat lunak(software) diberbagai
jenjang.
c.
Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan
mengembangkan sistem infornasi.
d.
Masih belum adanya membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan
data/informasi.
e.
Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi.
2. Hambatan-hambatan penerapan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) di
Indonesia.
Melihat Sistem
Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa menilai bahwa
penerapannya masih
cukup kurang. Khususnya untuk Surveilans yang berfungsi untuk menggambarkan
segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit sehingga berpengaruh
terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang ada.
Sebagai contoh misal
gambaran Sistem Informasi Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi
Kalimantan. Timbul berbagai permasalahan tetrkait penerapan Sistem Informasi
kesehatan, disana digambarkan bahwa masih ditemukannya beberapa puskesmas yang
tidak sesuai dalam proses pencatatan dan pendataan. Terbukti dengan masih
adanya 5 Puskesmas yang tidak menggunakan komputer dari 19 Puskesmas yang ada.
Tidak hanya masalah
tersebut saja, yang menjadi penghambat atas penerapan SIK (Sistem Informasi
Kesehatan) di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan.
Melainkan masih banyak sekali masalah yang timbul, yaitu :
a.
Untuk mengakses data sulit karena terpisah antara program.
b.
Adanya perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya jumlah bayi.
c.
Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.
d.
Adanya pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format yang
berbeda-beda dari masing-masing bagian.
e.
Waktu untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan analisis data
sering terlambat.
f.
Pimpinan sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena data berbeda
dan keterlambatan laporan.
Jadi, apabila melihat
dari penjabaran di atas maka bisa disimpulkan bahwa faktor-faktor yang sering
menghambat SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang bersifat daerah (SIKDA) maupun
nasional (SIKNAS) berdasarkan gambaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Timur, Propinsi Kalimantan adalah faktor geografis (tempat dan lokasi), human
resources medical atau tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung (komputer,
software, dan lain-lain), dan kebijakan mengenai SIKDA (Sistem Informasi
Kesehatan Daerah) maupun SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional).
3.Hubungan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dengan
Surveilans.
Pada poin ke 2 (dua)
dan ke 1 (satu) pada bab II, sudah dijelaskan mengenai pengertian dari
Surveilans dan SIK (Sistem Informasi Kesehatan). Mengutip pernyataan dari CDC /
ATSDR (Center for Diseas Control / Agency for toxic Substance and Disease
Regristary) menerangkan bahwa Surveilans atau Surveillance is the
ongoing systematic collection, analysis, and interpretations of
outcome-spesific data for use in the planning, implementation, and evaluation
of public practice.
Sedangkan SIK (Sistem
Informasi Kesehatan) adalah gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan
dalam program kesehatan untuk mengumpulkan, mengolah, mengirimkan, dan
menggunakan data untuk keperluan perencanaan, monitoring, evaluasi, dan
pengendalian (pengambilan keputusan).
Dengan melihat, kedua
pengertian di atas kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa SIK (Sistem
Informasi Kesehatan) dan Surveilans memilki sebuah kesamaan dalam penerapannya.
Yaitu sama-sama digunakan untuk melakukan perencanaan (planning) di
bidang kesehatan. Di Indonesia Sistem Surveilans Epidemiologi merupakan
subsistem dari SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional) dan mempunyai
fungsi strategis dalam intelijen penyakit dan masalah kesehatan untuk
penyediaan data dan informasi epidemiologi dalam rangka mewujudkan Indonesia
Sehat.
Jadi, SIK (Sistem
Informasi Kesehatan) dengan Surveilans dapat kita gambarkan melalui diagram
sebagai berikut :
Akan tetapi, surveilans
tidak berjalan secara semestinya seperti pengertiannya. Masih banyak
permasalahan yang muncul di tengah-tengahnya. Berdasarkan observasi WHO (World
Health Organization), 2004 menemukan beberapa temuan terkait surveilans
seperti :
a.
Kurangnya kesadaran akan pentingnya informasi surveilans penyakit di kalangan
pengelola program kesehatan, pejabat kesehatan, staf pelayanan kesehatan dan
staf surveilans sendiri di semua tingkat.
b.
Informasi surveilans tidak digunakan dalam pengambilan keputusan.
c.
Kualitas data Surveilans tidak memuaskan dan sulit diperbaiki.
d.
Tidak dilakukan analisis data surveilans secara memadai.
e.
Penyelidikan kejadian luar biasa (KLB) dilakukan sembarangan.
f.
Tidak ada motivasi di kalangan staf surveilans untuk meningkatkan kemampuan
diri.
g.
Berbagai sistem surveilans penyakit khusus sulit dikoordinasikan dan
diintegrasikan.
3.
GAMBARAN SURVEILANS DI RUMAH SAKIT
|
4.LANGKAH-LANGKAH
SURVEILANS
langkah-langkah
surveilans dimulai dari pengumpulan data,lalu pengolahan dan penyajian
data,kemudian analisis dan interpretasi data,pembuatan laporan,rekomendasi
tindak lanjut dan akhirnya tindakan pencegahan dan penanggulangannya.
5.
INDICATOR KINERJA SURVEILANS
Indikator kinerja surveilans merupakan ukuran kualitas suatu sistem kerja. Secara operasional, suatu
unit program apabila menyatakan besarnya masalah program, maka wajib
didukung oleh sistem kerja informasi yang baik. Baik atau tidak baiknya
sistem kerja informasi ini,
dinyatakan dengan ukuran atau indikator kinerja surveilans.
Misalnya, angka kesakitan demam berdarah
dengue (DBD) di Jakarta adalah sebesar 225 kasus per 100.000 penduduk
pada tahun 2010. Penyataan besarnya angka kesakitan DBD ini, diperoleh dari
pengumpulan data dari semua rumah sakit atau hanya sebagian rumah sakit
(kelengkapan laporan) ?, seberapa akurat kasus DBD itu sesuai dengan definisi
yang telah ditetapkan (keakuratan pengisian variabel) ?, dsb. Kelengkapan laporan
dan tingkat
keakuratan pengisian variabel DBD tersebut diatas
merupakan indikator kinerja untuk mengukur mutu laporan angka kesakitan DBD di
Jakarta. Indikator kinerja ini yang disebut “indikator kinerja surveilans DBD”
Indikator
kinerja surveilans dapat digunakan sebagai bagian dari monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan sistem surveilans. Data
indikator kinerja surveilans menurut karakteristik waktu dan tempat, dapat
menuntun kepada sumber data yang perlu mendapat pembinaan dan dukungan
dalam penyelenggaraan sistem surveilans yang lebih baik
Indikator
kinerja surveilans ini sering
rancu dengan tujuan surveilans, dan indikator kinerja program. Kerancuan ini dapat mengakibatkan timbulnya kelemahan manajemen penyelenggaraan sistem
surveilans, terutama penyelenggaraan sistem surveilans yang berada dalam satu paket dengan penyelenggaraan intervensi
program
6.
SISTEM KEWASPADAAN DINI KLB
penerapan
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) terhadap KLB yang juga dikenal dengan
istilah Early Warning Alert dan Response System (EWARS). EWARS
adalah sistem yang telah dirintis dan dikembangkan oleh sejak 2007 dalam upaya
mewujudkan tindakan atau respon cepat terhadap adanya potensi atau munculnya
KLB. Sistem ini bekerja dengan cara memantau perkembangan tren suatu penyakit
menular potensial wabah/KLB dari waktu ke waktu dengan periode mingguan.
Sistem didasarkan pada pelaporan kasus di lapangan. Para petugas kesehatan seperti bidan, mantri dan puskesmas pembantu (pustu) melakukan pelaporan kepada petugas surveilans di Puskesmas. Lalu laporan diteruskan kepada petugas surveilans di kabupaten, provinsi hingga otoritasnasionaldalamhaliniDepartemenKesehatan.
Sistem SKD yang diterapkan saat ini, lanjut Hari, merupakan adopsi dari sistem EWARS yang awalnya dikembangkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sistem ini lalu dimodifikasi dengan menyesuaikan karakteristik Indonesia.
Sistem didasarkan pada pelaporan kasus di lapangan. Para petugas kesehatan seperti bidan, mantri dan puskesmas pembantu (pustu) melakukan pelaporan kepada petugas surveilans di Puskesmas. Lalu laporan diteruskan kepada petugas surveilans di kabupaten, provinsi hingga otoritasnasionaldalamhaliniDepartemenKesehatan.
Sistem SKD yang diterapkan saat ini, lanjut Hari, merupakan adopsi dari sistem EWARS yang awalnya dikembangkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sistem ini lalu dimodifikasi dengan menyesuaikan karakteristik Indonesia.
"Kalau frekuensi penyakit tidak
dapat dijadikan ukuran. Dengan semakin gencarnya media massa dan membaiknya
sistem, laporan seolah-olah banyak (kasus) ketangkap. Tetapi indikator yang
lain dilihat misalnya besarnya KLB. Jarang sekali menemukannya
Selama hampir tiga tahun berjalan, khususnya di Provinsi Lampung, program SKD juga telah menunjukkan peningkatan. Dari indikator tingkat kelengkapan laporan misalnya, terjadi kenaikan dari 84 persen menjadi 86 persen. Sementara ketepatan laporan masih berkisar pada angka 65 persen.
Selama hampir tiga tahun berjalan, khususnya di Provinsi Lampung, program SKD juga telah menunjukkan peningkatan. Dari indikator tingkat kelengkapan laporan misalnya, terjadi kenaikan dari 84 persen menjadi 86 persen. Sementara ketepatan laporan masih berkisar pada angka 65 persen.
7. CARA PENYAJIAN DATA
1. Tabel
- Tabel satu arah (one-way table)
- Tabulasi silang (lebih dari satu arah ‘two-way table’, dll)
- Tabel Distribusi Frekuensi
2. Grafik
- Batang (Bar Graph), untuk perbandingan/pertumbuhan
- Lingkaran (Pie Chart), untuk melihat perbandingan (dalam persentase/proporsi)
- Grafik Garis (Line Chart), untuk melihat pertumbuhan
- Grafik Peta, untuk melihat/menunjukkan lokasi
Manfaat Tabel dan Grafik :
- Meringkas/rekapitulasi data, baik data kualitatis maupun kuantitatif
- Data kualitatif berupa distribusi frekuensi, frekuensi relatif, persen distribusi frekuensi, grafik batang, grafik lingkaran.
- Data kuantitatif berupa distribusi frekuensi, relatif frekuensi dan persen distribusi frekuensi, diagram/plot titik, histogram, distribusi kumulatif, ogive.
- Dapat digunakan untuk melakukan eksplorasi data
- Membuat tabulasi silang dan diagram sebaran data
- Tabel satu arah (one-way table)
- Tabulasi silang (lebih dari satu arah ‘two-way table’, dll)
- Tabel Distribusi Frekuensi
2. Grafik
- Batang (Bar Graph), untuk perbandingan/pertumbuhan
- Lingkaran (Pie Chart), untuk melihat perbandingan (dalam persentase/proporsi)
- Grafik Garis (Line Chart), untuk melihat pertumbuhan
- Grafik Peta, untuk melihat/menunjukkan lokasi
Manfaat Tabel dan Grafik :
- Meringkas/rekapitulasi data, baik data kualitatis maupun kuantitatif
- Data kualitatif berupa distribusi frekuensi, frekuensi relatif, persen distribusi frekuensi, grafik batang, grafik lingkaran.
- Data kuantitatif berupa distribusi frekuensi, relatif frekuensi dan persen distribusi frekuensi, diagram/plot titik, histogram, distribusi kumulatif, ogive.
- Dapat digunakan untuk melakukan eksplorasi data
- Membuat tabulasi silang dan diagram sebaran data
Distribusi Frekuensi
Merupakan table ringkasan data yang menunjukkan frekuensi/banyaknya item/objek pada setiap kelas yang ada.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi lebih dalam tentang data yang ada dan tidak dapat secara cepat diperoleh dengan melihat data aslinya.
Distribusi Frekuensi Relatif
Merupakan fraksi atau proporsi frekuensi setiap kelas terhadap jumlah total.
Distribusi frekuensi relatif merupakan tabel ringkasan dari sekumpulan data yang menggambarkan frekuensi relatif untuk masing-masing kelas.
Grafik Batang (Bar Graph)
Bermanfaat untuk merepresentasikan data kuantitatif maupun kualitatif yang telah dirangkum dalam frekuensi, frekuensi relative, atau persen distribusi frekuensi.
Cara :
- Pada sumbu horizontal diberi label yang menunjukkan kelas/kelompok.
- Frekuensi, frekuensi relatif, maupun persen frekuensi dinyatakan dalam sumbu vertikal yang dinyatakan dengan menggunakan gambar berbentuk batang dengan lebar yang sama/tetap.
Grafik Lingkaran (Pie Chart)
Digunakan untuk mempresentasikan distribusi frekuensi relatif dari data kualitatif maupun data kuantitatif yang telah dikelompokkan.
Cara :
- Gambar sebuah lingkaran, kemudian gunakan frekuensi relatif untuk membagi daerah pada lingkaran menjadi sektor-sektor yang luasnya sesuai dengan frekuensi relatif tiap kelas/kelompok.
Contoh, bila total lingkaran adalah 360° maka suatu kelas dengan frekuensi relatif 0,25 akan membutuhkan daerah seluas (0,25)(360) = 90° dari total luas lingkaran.
Ogive
Merupakan grafik dari distribusi frekuensi kumulatif. Nilai data disajikan pada garis horizontal (sumbu-x).
Pada sumbu vertikal dapat disajikan :
- Frekuensi kumulatif, atau
- Frekuensi relatif kumulatif atau
- Persen frekuensi kumulatif
- Frekuensi yang digunakan (salah satu di atas) masing-masing kelas digambarkan sebagai titik. Setiap titik dihubungkan oleh garis lurus.
Tabulasi Silang
Tabulasi silang (Crosstabulation) merupakan metode tabulasi untuk merangkum data dengan dua atau lebih variabel secara bersamaan/sekaligus.
Diagram Scatter
Diagram scatter merupakan metode presentasi secara grafis untuk menggambarkan hubungan antara dua variabel kuantitatif.
BAB
III
PENUTUP
A.kesimpulan
Dari pembahasan
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1.
yang dimaksud dengan Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah –masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.
2. SIK
(Sistem Informasi Kesehatan) dan Surveilans memilki sebuah kesamaan dalam
penerapannya. Yaitu sama-sama digunakan untuk melakukan perencanaan (planning)
di bidang kesehatan. Di Indonesia Sistem Surveilans Epidemiologi merupakan
subsistem dari SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional) dan mempunyai
fungsi strategis dalam intelijen penyakit dan masalah kesehatan untuk
penyediaan data dan informasi epidemiologi dalam rangka mewujudkan Indonesia
Sehat.
3.
Terjadinya infeksi nosokomial di rumah
sakit,meskipun tidak menimbulkan kematian tetapi membuat pasien lebih lama
dirawat di rumah sakit.
4.
langkah-langkah surveilans dimulai dari
pengumpulan data,lalu pengolahan dan penyajian data,kemudian analisis dan
interpretasi data,pembuatan laporan,rekomendasi tindak lanjut dan akhirnya
tindakan pencegahan dan penanggulangannya.
5. Indikator
kinerja surveilans ini sering
rancu dengan tujuan surveilans, dan indikator kinerja program. Kerancuan ini dapat mengakibatkan timbulnya kelemahan manajemen penyelenggaraan sistem
surveilans, terutama penyelenggaraan sistem surveilans yang berada dalam satu paket dengan penyelenggaraan intervensi
program
6.
Sistem SKD yang diterapkan saat ini,
lanjut Hari, merupakan adopsi dari sistem EWARS yang awalnya dikembangkan oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sistem ini lalu dimodifikasi dengan menyesuaikan
karakteristik Indonesia.
7.
Penyajian data surveilans bisa dengan
menggunakan tabel dan grafik.
B.Saran
1. Pemerintah
harus menjalankan system SKD daan memantau system tersebut setiap waktu supaya
betul-betul dijalankan agar dapat mencegah timbulnya kasus KLB
2. Masyarakat
harus mengetahui kegunaan dari surveilans epidemiologi yang bukan hanya sebagai
pengumpul data atau penyelidikan KLB,sehingga tidak menyebabkan aplikasi system
surveilans di Indonesia tidak berjalan
optimal, padahal system ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah
kesehatan.
thanks ,,, sangat bermanfaat kawan :)
BalasHapus